Sabtu, 12 Mei 2012

memelihara JALAK SUREN





Di Jawa pada sekitar tahun 1980an masih banyak burung jalak suren di alam bebas. Di sekitar kita burung ini sering berkeliaran secara  bergerombol mencari makan di lahan persawahan. Namun untuk masa sekarang sangat jarang ditemukan spesies burung ini, habitat yang ada saat ini mungkin tinggal di hutan atau di rawa-rawa. Semakin langkanya jalak suren justru semakin memacu pecinta burung berkicau untuk mencari dan memilikinya. Bagi pecinta burung berkicau jalak suren disukai karena mempunyai suara kicau yang khas dan keras dengan nada nyaring / tinggi.
Semakin langkanya burung jalak suren ditemukan di alam bebas menjadikan alasan bahwa penangkaran burung ini penting dilakukan. Dipandang dari segi kelestarian satwa maka penangkaran jalak suren akan berarti ikut menjaga agar spesies burung ini tetap lestari tidak punah. Namun demikian ada aspek penting lain yang mendorong orang untuk mengembangbiakkan burung ini yaitu aspek ekonomi dimana penangkaran jalak suren  menjanjikan keuntungan yang cukup tinggi.

PENANGKARAN
 A. INDUKAN
Syarat utama dalam menangkarkan / mengembangbiakkan jalak suren tentu saja adalah harus ada indukan. Untuk memperoleh indukan (jantan dan betina dewasa yang sudah jodoh) dapat dilakukan dengan cara :

1) Membeli indukan.
Cara ini adalah cara yang praktis dan cepat. Namun demikian untuk mendapatkan indukan yang benar-benar bagus memerlukan biaya yang tinggi. Saat ini harga 1 pasang indukan bagus berkisar 2 juta – 2,5 juta rupiah . Indukan yang bagus adalah ”indukan yang menghasilkan keuntungan tinggi”. Biasanya indukan ini adalah indukan muda yang sudah pernah bertelur 2 sampai 5 kali dengan hasil yang bagus artinya telur yang dihasilkan fertil dan menetas. Dari beberapa kali bertelur tersebut dapat dinilai hal untuk dipertimbangkan :
  •  berapa biasanya telur yang dihasilkan untuk 1 kali masa pengeraman. Rata-rata jalak suren mengerami 3 telur, namun ada juga yang mengerami 2 telur dan 4 telur.
  • berapa tingkat penetasan telur yang dierami tersebut. Banyak kejadian dalam 1 kali pengeraman telur hanya menetas sebagian saja atau bahkan tidak menetas semua. Telur yang tidak menetas bisa disebabkan karena memang infertil tidak dibuahi atau bisa juga disebabkan telur fertil tetapi dalam proses pengeraman terjadi gangguan sehingga embrio tidak berkembang, dan ini salah satu sebabnya adalah karena perilaku induknya dalam masa mengerami. Gangguan oleh induk bisa karena jantan dan betina sering berebut mengerami sehingga justru telur terbengkelai, atau bahkan ada perilaku dari indukan yang suka membuang telurnya tanpa sebab yang jelas.
  •  tentunya kondisi fisik indukan dan kesehatannya juga perlu dijadikan bahan pertimbangan

2) Membuat indukan dari anakan.
Cara ini memerlukan waktu yang cukup lama. Jalak suren mulai produktif pada umur sekitar 10 – 12 bulan. Keuntungan dari cara ini adalah indukan burung benar-benar diketahui masih muda jadi masih mempunyai masa bertelur yang panjang dan indukan jantan betina adalah pasangan yang seimbang umurnya. Total biaya yang dikeluarkan juga lebih kecil, bila 2 ekor anakan burung harganya 500 ribu maka biaya pembesaran sampai umur dewasa tidak sampai 500 ribu jadi total kurang dari 1 juta. Apakah mudah membuat indukan jalak suren ? Jawabnya adalah mudah untuk membesarkan sampai dewasa tetapi cukup sulit untuk menjodohkan. Hal ini karena ”dengan cara biasa sangat sulit atau bahkan tidak bisa membedakan jenis kelamin jantan dan betina dari burung ini bila umurnya masih muda”. Karenanya untuk membuat indukan dapat dilakukan dengan membesarkan jalak suren anakan dalam jumlah banyak dan dipelihara dalam satu kandang berukuran besar. Dalam kandang pembesaran tersebut pada saatnya akan diseleksi jantan dan betina setelah ciri-ciri jenis kelaminnya tampak.

Ciri-ciri umum jalak suren jantan : ukuran tubuh lebih besar dengan tubuh berbentuk lurus, lonjong dan panjang (burung betina memiliki tubuh cenderung bulat dan pendek). Kepalanya bulat dan besar dengan paruh tampak lebih kuat dan panjang. Warna merah pada kulit sekitar mata tampak lebih menyala. Bulu-bulu burung jantan memiliki warna hitam lebih legam dan mengkilat sedangkan warna putihnya lebih bersih. Ekornya lebih panjang. Jari-jari kakinya tampak lebih kokoh. Apakah ciri-ciri tersebut akurat untuk menentukan jantan dan betina? Karena sifatnya komparasi atau perbandingan maka cara ini sebaiknya tidak untuk diterapkan pada setiap kondisi. Mungkin ciri-ciri tersebut bisa membantu kalau burung yang diseleksi mempunyai keseraman umur, habitat, makanan dan lainnya seperti dalam kandang pembesaran. Sebagai contoh adalah  walaupun sama-sama berkelamin jantan, warna merah disekitar mata akan lebih menyala pada burung dengan umur lebih dewasa, habitat / kandangnya cukup terkena panas matahari langsung, makanan tercukupi dan mempunyai nutrisi tinggi.
Ciri-ciri khusus jalak suren jantan : ciri-ciri yang digunakan untuk membedakan jenis kelamin jalak suren yang paling akurat dan dapat dilakukan dengan relatif mudah adalah ”jalak suren jantan mempunyai warna kebiruan didaerah sekitar kloaka sedangkan jalak suren betina tidak”. Namun ciri-ciri ini hanya bisa diamati bila burung sudah berusia dewasa kurang lebih 10 bulan. Warna kebiruan mula-mula tidak terlalu jelas dan akan menjadi jelas seiring bertambahnya umur burung.

Bila sudah dapat dibedakan jenis kelaminnya maka jalak suren dapat dipindahkan dari kandang pembesaran ke kandang penangkaran. Caranya adalah dengan memasukkan 1 jantan dan 1 betina dalam kandang penangkaran atau dengan kata lain dipaksa untuk berjodoh. Apabila jalak suren menunjukkan sikap saling menyerang maka dapat dilakukan salah satu burung dimasukkan kandang kecil dan digantungkan dekat dengan kandang penangkaran. Selain itu bisa menggunakan kandang khusus untuk menjodohkan yaitu kandang berbentuk memanjang dengan tengahnya diberi penyekat tembus pandang dengan pintu penghubung yang bisa dibuka tutup, burung jantan dan betina masing-masing dimasukkan pada ruang kanan dan kiri.

Indukan jalak suren : burung jantan dan betina jodoh dan siap berkembang biak dicirikan dengan kicauan saling bersahutan dengan bulu-bulu kepala tegak dan gerakan khas.

B. KANDANG
Kandang penagkaran
Kandang penangkaran yang paling ideal adalah yang paling mirip dengan kondisi habitat alaminya di alam bebas. Ukurannya luas dan terdapat pohon-pohon di dalamnya. Namun demikian kandang seperti tersebut di depan bukanlah pilihan terbaik bila penangkaran jalak suren diorientasikan untuk diambil keuntungan rupiahnya karena tidak efisien ruang dan tingkat kesulitan perawatan lebih tinggi. Kandang penangkaran sederhana tetapi layak dan tetap mampu memberi hasil yang baik dapat dibuat dengan ukuran 1m x 1m x 2m (P x L x T).
Di dalam kandang disediakan tempat hinggap 1 atau 2 buah. Sebaiknya tempat hinggap diletakkan agak dipinggir agar tidak menggangu aktifitas terbang burung di dalam kandang tetapi juga tidak terlalu dekat dengan dinding agar bulu ekor tidak rusak karena bergesekan dengan dinding. Tempat hinggap dapat dibuat dari bambu ataupun kayu memanjang. Perlu juga disediakan kotak untuk bersarang dan bertelur dapat berbentuk persegi panjang 40cm x 25cm x 25cm (P x L x T). Bagian atas dan depan kotak tidak perlu ditutup, dibagian depan perlu disisakan papan untuk hinggap dan sekaligus tempat perkawinan jalak suren. Kotak sarang diletakkan di bagian dalam kandang sebelah atas dengan arah pintu kotak tidak menghadap ke arah muka kandang penangkaran agar jalak suran yang sedang mengerami telur tidak mudah terganggu oleh aktifitas manusia di sekitar kandang.
Tempat makan dapat ditaruh didepan agar mudah dijangkau. Makanan jalak suren lazimnya adalah voer / poer burung dengan makanan tambahan pisang, cacing atau jangkrik. Tempat minum sebaiknya mempunyai ukuran cukup besar bila sekaligus difungsikan sebagai tempat mandi, jalak suren mempunyai kebiasaan suka mandi. Media sarang berupa daun cemara kering dapat diberikan dilantai kandang secukupnya sekedar untuk pancingan. Bila terlihat jalak suren mulai membawa media sarang tersebut ke dalam kotak sarang barulah daun cemara kering tersebut diberikan lebih banyak agar cukup bagi jalak suren untuk membuat sarang didalam kotak. 

Kandang penangkaran : mempersiapkan kandang penangkaran. Dalam gambar tampak model berukuran 1m x 1m x 2m (P x L x T). Bahan dinding kandang dapat berupa papan, eternit / asbes, anyaman bambu atau dengan bahan dinding permanen berupa batu bata / batako.

Kandang pembesaran
Kandang ini hanya diperlukan bila akan membuat indukan dari jalak suren anakan yang banyak (ombyokan). Prinsipnya mirip dengan kandang penangkaran hanya saja berukuran lebih besar dan tidak perlu diberi kotak sarang.

Kandang pembesaran :  ukurannya bebas asal cukup luas bagi jalak suren yang ada di dalamnya. Bila beruntung pada saat umur dewasa dapat didapatkan indukan-indukan sudah berjodoh sendiri dimana menunjukkan tanda-tanda jalak suren berpasangan. Burung yang sudah bejodoh dalam kandang pembesaran dapat diambil dengan terlebih dahulu diberi tanda misalnya ditembak dengan sprayer air dengan pewarna teres / sumba makanan.

B. MULAI PRODUKTIF
Indukan jalak suren yang sudah menunjukkan tanda-tanda jodoh / berpasangan ditempatkan dalam kandang penangkaran dengan perlakuan yang agak khusus terutama kebutuhan nutrisi makanan harus tercukupi. Dapat dilakukan dengan memberi makanan tambahan lebih intensif berupa jangkrik atau cacing karena mempunyai kandungan protein tinggi. Setelah melalui proses perkawinan dan membuat sarang pasangan jalak suren akan bertelur dan mengerami. Satu pasang jalak suren pada umumnya bertelur 3 butir. Namun ada juga yang bertelur 2 atau 4 butir. Walaupun biasanya jumlah telur akan mempunyai kecenderungan tetap untuk satu pasangan jalak suren, namun ada kalanya dapat berubah karena faktor makanan, umur atau sebab lainnya. Jalak suren yang cenderung bertelur 4 butir tentu saja sangat istimewa dan sangat diharapkan apalagi bila dalam proses selanjutnya telur-telur tersebut menunjukkan fertil dan induknya mampu mengerami dengan baik sehingga menetas semua.

Telur burung jalak suren : berwarna hijau, bandingkan ukurannya dengan telur ayam kampung dan telur bebek

Telur jalak suren yang dierami induknya akan menetas setelah 14 hari. Misalnya jalak suren bertelur pertama tanggal 1 maka akan menetas pada tanggal 15. Setelah 7 – 10 hari dari telur menetas indukan akan bertelur lagi, jadi rentang waktu jalak suren bertelur ke waktu bertelur selanjutnya kurang dari 25 hari. Dengan kata lain kurang dari 1 bulan indukan akan menetaskan telur berikutnya.
Anak jalak suren yang baru menetas sebaiknya segera diambil beserta telur yang masih belum menetas. Anak burung dipindahkan ke dalam box penghangat. Pemberian makan pertama dapat dilakukan setelah 3 – 5 jam dari saat telur menetas. Makanan berupa kroto (telur semut pohon/ngangrang) yang dibasahi dengan air hangat, bisa juga diberi cacing yang terlebih dahulu dipotong-potong.
Sedangkan telur yang belum menetas dimasukkan ke dalam alat penetas telur. Telur yang akan menetas bila diamati sudah terdapat retakan-retakan kecil pada kulitnya. Kalau dihadapkan pada matahari atau lampu telur sama sekali gelap tidak tembus pandang. Telur yang tampak terang berarti telur infertil dan tidak akan menetas. Alat tetas walaupun sederhana tetapi sebaiknya menggunakan alat pengatur kestabilan temperatur yang biasa disebut termostat. Temperatur untuk menetaskan telur jalak suren berdasar pengalaman mempunyai hasil baik pada suhu 37° Celcius. Suhu 36,5°C sampai dengan 38°C merupakan suhu yang optimal. Kelembaban udara dalam alat penetas perlu dijaga agar cukup tinggi yaitu kelembaban > 50 %, dengan kelembaban tinggi akan menjadikan kulit telur remah tidak kering liat dan keras sehingga embrio lebih mudah memecahkan cangkang telur. Dapat dengan cara menyemprotkan air hangat menggunakan sprayer yang diset kabut / butir air sangat halus, atau bisa pula dengan meletakkan cawan di dalam alat penetas yang diisi air hangat.

Telur menetas di dalam alat tetas : telur jalak suren menetas setelah dierami 14 hari oleh induknya. Telur yang sudah siap menetas dapat pula diambil untuk ditetaskan dalam alat penetas.



Anak jalak suren (piyik) yang sudah menetas diambil dan dipindahkan ke dalam box penghangat dijadikan satu dengan anakan lainnya yang seusia, agar mudah dalam parawatan dan pemberian makan. Piyik umur 0 – 3 hari dapat diberi makan kroto yang dibasahi air hangat. Umur 4 – 6 hari diberi kroto yang dicampur dengan air voer /poer. Umur 7 hari sudah dapat diberi makan voer yang basah dan dihaluskan. Umur 14 hari anakan dapat dikeluarkan dari box penghangat. Sampai umur kira-kira 1,5 bulan anakan disuapi voer basah, dan sedikit-sedikit akan mulai berlatih makan sendiri. Pada umur 2 bulan anakan jalak suren sudah bisa makan sendiri voer kering. Pada umur 2 – 3 bulan anakan dapat dipindahkan ke kandang pembesaran bila dimaksudkan untuk dijadikan indukan atau akan dijual pada usia dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar